Menyusun Ransum Ayam

Pendahuluan

Peran Pakan

Pakan memiliki peran yang sangat vital bagi ayam, berkontribusi pada berbagai aspek kesehatan dan produktivitas. Berikut adalah beberapa peran utama pakan bagi ayam :

1. Sumber Energi

Pakan menyediakan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari, termasuk bergerak, bertelur, dan mempertahankan suhu tubuh. Energi berasal dari karbohidrat dan lemak dalam pakan.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pakan yang kaya protein dan nutrisi penting mendukung pertumbuhan otot dan jaringan. Ini sangat penting untuk ayam pedaging, yang harus mencapai berat tertentu dalam waktu singkat.

3. Produksi Telur

Ayam petelur memerlukan pakan yang mengandung nutrisi khusus, seperti kalsium dan fosfor, untuk produksi telur yang sehat. Nutrisi ini membantu dalam pembentukan cangkang telur yang kuat.

4. Kesehatan dan Imunitas

Nutrisi yang cukup membantu meningkatkan sistem kekebalan ayam, melindungi mereka dari penyakit. Vitamin dan mineral berperan penting dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan.

5. Kualitas Daging dan Telur

Pakan yang baik akan menghasilkan daging dan telur dengan kualitas tinggi. Komposisi pakan memengaruhi rasa, tekstur, dan kandungan gizi produk tersebut.

6. Reproduksi

Nutrisi yang seimbang penting untuk kesuburan dan keberhasilan reproduksi ayam. Pakan yang tepat mendukung kesehatan sistem reproduksi dan kualitas telur.

7. Behavioral Health

Pakan juga memengaruhi perilaku ayam. Pakan yang baik dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan, sementara kekurangan pakan dapat menyebabkan agresi atau perilaku abnormal.

8. Efisiensi Pakan

Pakan yang diformulasi dengan baik akan meningkatkan efisiensi konversi pakan, yang berarti ayam dapat menghasilkan lebih banyak daging atau telur dengan jumlah pakan yang lebih sedikit.

Secara keseluruhan, pakan adalah salah satu faktor paling penting dalam budidaya ayam, dan pemilihan serta pengelolaan pakan yang tepat sangat berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan.


Menyusun Ransum

Penyusunan ransum ayam merupakan proses penting untuk memastikan ayam mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan, produksi telur, dan kesehatan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa langkah dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan ransum ayam:

1. Kebutuhan Nutrisi

  • Energi: Diperoleh dari karbohidrat dan lemak. Energi penting untuk pertumbuhan dan produksi telur.
  • Protein: Diperlukan untuk pertumbuhan otot dan produksi telur. Sumber protein dapat berupa tepung kedelai, tepung ikan, dan sumber nabati lainnya.
  • Vitamin dan Mineral: Ayam membutuhkan berbagai vitamin (seperti A, D, E, dan B kompleks) dan mineral (seperti kalsium, fosfor, dan natrium) untuk berbagai fungsi tubuh.

2. Usia dan Tipe Ayam

  • Kebutuhan ransum bervariasi tergantung pada usia dan jenis ayam. Ayam pedaging dan ayam petelur memiliki kebutuhan yang berbeda.
  • Ayam yang lebih muda (anak ayam) biasanya memerlukan ransum yang lebih kaya protein untuk mendukung pertumbuhan.

3. Sumber Bahan Pakan

  • Pilih bahan pakan yang berkualitas dan terjangkau. Beberapa bahan pakan umum meliputi jagung, kedelai, dedak, dan limbah pertanian.
  • Pastikan untuk mencampur berbagai sumber pakan agar ransum seimbang dan memenuhi kebutuhan nutrisi.

4. Formulasi Ransum

  • Menggunakan perangkat lunak atau tabel nutrisi untuk menghitung proporsi bahan pakan yang tepat.
  • Pastikan rasio antara bahan pakan sesuai dengan kebutuhan ayam, seperti 16-18% protein untuk ayam petelur dan 20-24% untuk ayam pedaging.





5. Evaluasi dan Penyesuaian
  • Setelah penyusunan ransum, lakukan evaluasi berkala terhadap performa ayam. Jika ada masalah dalam pertumbuhan atau produksi telur, pertimbangkan untuk menyesuaikan komposisi ransum.
  • Monitor kesehatan ayam secara keseluruhan untuk mendeteksi kekurangan nutrisi atau penyakit.

6. Manajemen Pakan

  • Pastikan pakan selalu tersedia dalam jumlah yang cukup.
  • Simpan pakan dengan baik untuk mencegah kerusakan atau kontaminasi.

Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, Anda dapat menyusun ransum yang optimal untuk ayam, mendukung kesehatan dan produktivitas mereka.


Teknis menyusun pakan ayam dengan ketersediaan bahan lokal

Pakan merupakan salah satu komponen cukup penting dalam industri perunggasan. Biaya produksi dari pakan dapat mencapai sekitar 80%.  Hal ini sangat dirasakan khususnya pada peternak mandiri. Tingginya biaya produksi tersebut disebabkan oleh sebagian besar bahan baku pakan masih di impor, apatah lagi dengan adanya kebijakan pemerintah tentang tentang kenaikan bea masuk impor bahan pakan ternak menjadi lima persen mulai 1 Januari 2012 yang diatur dalam PMK Nomor 13/PMK.011/2011, banyak pengamat perunggasan memprediksikan harga pakan akan naik (Hidayat, UIN Alaudin, Jurusan Fapet)

Oleh karena itu penyusunan pakan ternak dengan menggunakan bahan lokal yang tersedia dapat menjadi pertimbangan untuk menurunkan harga pakan ternak, namun tetap terjaga kualitasnya. Menyusun ransum untuk ayam kampung dengan bahan yang tersedia di lokasi memerlukan pendekatan yang praktis dan efisien. Berikut adalah langkah-langkah teknis yang dapat diikuti:

1. Identifikasi Kebutuhan Nutrisi

  • Kebutuhan Dasar: Ayam kampung memerlukan energi, protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan ini bervariasi berdasarkan usia, berat badan, dan tujuan (produksi telur atau daging).
  • Umumnya, ayam kampung membutuhkan sekitar 14-16% protein dalam ransum.

2. Pengumpulan Bahan Pakan

  • Bahan Lokal: Cari bahan pakan yang mudah diakses di sekitar lokasi, seperti:
    • Pakan Nabati: Jagung, padi, dedak padi, kedelai, dan limbah sayuran.
    • Pakan Hewani: Cacing, larva, atau tepung ikan (jika tersedia).
  • Sumber Vitamin dan Mineral: Limbah pertanian (seperti daun hijau) dapat menjadi sumber vitamin, sedangkan kapur atau batu gamping bisa menyediakan kalsium.

3. Analisis Ketersediaan Nutrisi

  • Lakukan analisis sederhana terhadap bahan pakan yang tersedia. Misalnya, ketahui kandungan protein, energi, dan mineral pada setiap bahan.
  • Jika memungkinkan, konsultasikan dengan ahli nutrisi pakan untuk memastikan kandungan tersebut.

4. Formulasi Ransum

  • Campurkan Bahan: Buat campuran bahan pakan yang mencakup sumber energi (seperti jagung) dan sumber protein (seperti kedelai atau pakan hewani).
  • Contoh formulasi sederhana:
    • 50% Jagung
    • 30% Dedak Padi
    • 15% Kedelai
    • 5% Sumber Mineral (kapur, garam, atau premix vitamin)

5. Pengujian dan Penyesuaian

  • Uji ransum tersebut pada ayam kampung selama beberapa minggu. Amati pertumbuhan, produksi telur, dan kesehatan ayam.
  • Jika ada masalah, lakukan penyesuaian dengan mengganti atau menambah bahan pakan.

6. Penyimpanan dan Penyajian

  • Pastikan pakan disimpan di tempat yang kering dan bersih untuk mencegah kerusakan atau kontaminasi.
  • Sajikan pakan dalam wadah bersih, pastikan ayam selalu memiliki akses ke air bersih.

7. Monitoring dan Evaluasi

  • Pantau terus kesehatan dan produktivitas ayam. Lakukan evaluasi berkala untuk memastikan ransum yang disusun masih memenuhi kebutuhan mereka.
  • Catat hasilnya untuk perbaikan di masa mendatang.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, kita dapat menyusun ransum ayam kampung yang optimal menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi, mendukung kesehatan dan produktivitas ayam secara efisien.


Beberapa jenis bahan baku lokal untuk pakan unggas 

Menurut Hidayat (UIN Alaudin), berbagai jenis bahan baku lokal yang telah dianalisa kandungan nutrisinya yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai bahan baku pakan ternak unggas, yaitu:

1.    Eceng gondok

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk dan sungai yang alirannya tenang. Tanaman ini menjadi kendala di daerah tersebut, karena pertumbuhan bergitu cepat dalam sehari sekitar 3%, sehingga dalam waktu yang capat dapat menutupi permukaan rawa atau danau. Keberadaan tanaman ini lebih sering dianggap sebagai gulma air yang sangat merugikan manusia, karena menyebabkan pendangkalan sungai atau waduk serta menyebabkan penguapan air dan penurunan unsur hara yang cukup besar (Mahmilia, 2005).

Hasil analisis kimia menunjukan komposisi eceng gondok dalam bentuk bahan kering adalah: protein kasar 6,31%, lemak kasar 2,83%, serat kasar 26,61%, Ca dan P masing-masing 0,47 dan 0,66%, abu 16,12% serta BETN 48,14% (Mahmilia 2005). Menurut Soedarmono (1983) kandungan protein eceng gondok sekitar 11,95%, akan tetapi kandungan serat kasarnya cukup tinggi, sehingga dalam pemanfataannya pada ternak unggas harus dibatasi. Menurut hasil analisis Laboratorium Ilmu Makanan Ternak (2005), pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku pakan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu kandungan air yang tinggi, teksturnya halus, dan banyak mengandung protein yang sulit dicerna.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kandungan serat kasar eceng gondok adalah teknologi fermentasi. Hasil penelitian dengan menggunakan kapang dari galur T.harzianum menujukanpeningkatan nilai gizi tepung  eceng gondok,  yaitu: protein kasar 61,81% dan penurunan serat kasar sebesar 18%. Selanjutnya hasil uji biologis selama 6 minggu pada ayam ras pedaging menunjukan penggunaan tepung eceng gondok fermentasi sampai tingkat 15% dapat dilakukan (Mahmilia 2005). Pada penelitian tersebut tepung eceng gondok yang digunakan merupakan pengganti dedak dalam ransum.  Disamping itu mikroba lain yang dapat digunakan sebagi fermentator pada eceng gondok adalah Aspergillus niger (Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, 2005). Hasil penelitian lain yang dilakukan Saleh, Rifai dan Sari (2005), tentang penggunaan tepung daun eceng gondok 15% yang dikombinasikan dengan paku air 10% (Azolla pinnata) terfermentasi dalam ransum ayam ras pedaging selama delapan minggu tidak memberikan efek yang merugikan.  Eceng gondok yang digunakan sebagai pakan dalam bentuk segar sebaiknya dimasak dan dipotong-potong kecil kemudian dicampurkan dengan bahan pakan lain.  

 2.    Daun ubi kayu

Tanaman ubi kayu  (Manihot utilisima) cukup populer  pada masyarakat Indonesia. Di sebagian wilayah di Indonesia  umbinya (singkong) dijadikan sebagai makanan pokok. Selain umbinya yang dapat dimanfaatkan, bagian daun, khususnya yang tua dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pakan unggas. Daun ubi kayu (segar dan kering) memiliki kandungan mineral kalsium yang cukup tinggi dibandingkan jagung dan sorgum.  Kandungan kalsium (Ca) daun ubi kayu 0,25% Posfor (P) 0,15% (Hartadi, Reksohadiprodjo, Tillman, 1986).  Kandungan nutrisi daun ubi kayu berdasarkan bahan kering, yaitu 27,3% protein kasar, 7,6 sampai 10,5% lemak, 5,7 sampai 8,8% serat kasar, 50,1 sampai 51,9% BETN, energi 1991 kkal/kg dan bahan keringnya 81,50% (Gohl, 1981; Widodo, 2009).

Hasil penelitian pada ayam ras pedaging menunjukan, bahwa tepung daun ubi kayu dapat digunakan dalam campuran ransum sampai 10% (Voght, 1966; Parakkasi, 1983 dalam Widodo, 2009). Apabilah level tersebut dinaikan sampai 20% dalam ransum ayam ras pedaging dapat menurunkan pertambahan berat badannya (Roos dan Enriques, 1969 dalam Widodo, 2009). Namun penelitian yang dilakukan Siswantoro (1994), menunujukan bahwa penggunaan tepung daung ubi kayu sampai level 20% dapat memperbaiki konsumsi pakan dan bobot badan ayam ras pedaging.

Adanya perbedaan hasil yang diperoleh dari kedua hasil penelitian tersebut diatas mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kandungan nutrisi tepung daun ubi kayu. Menurut Widodo (2009),  kandungan nutrisi daun ubi kayu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: varietas, kesuburan tanah, komposisi campuran daun dan tangkai, serta umur tanaman. Disamping itu kandungan asam sianida (HCN) pada daun ubi kayu merupakan salah satu faktor pembatas dalam penggunaanya dalam ransum unggas.

Kandungan asam sianida daun ubi kayu dapat diturunkan melalui proses pelayuan dan pengeringan serta dapat membantu dalam penyimpanan daun ubi kayu dalam waktu yang cukup lama. Konsentrasi asam sianida dapat diturunkan dengan cara pengukusan yang selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari (Purwanti, 2006).

3.    Bungkil kelapa sawit

Beberapa peneliti melaporkan, bahwa limbah industri pengolahan kelapa sawit menjadi minya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu limbahnya yang memiliki potensi adalah bungkil kelapa sawit. Kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit terutama energi dan proteinnya tergolong rendah, akan tetapi memiliki daya cerna yang cukup tinggi. Hasil analisis kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit yang dilakukan Suhartatik (1991) dalam Widodo (2009), yaitu 92,12% bahan kering, 12,94 protein, 24,88 serat kasar, 3,81 lemak kasar, dan 4,01 abu. Disamping itu kandungan asam amino yang dimiiki cukup lengkap.

Bungkil kelapa sawit memiliki beberapa kelemahan, seperti kandungan serat kasar yang cukup tinggi dan kandungan asam amino metionin dan lisin yang rendah, sehingga penggunaanya dalam ransum unggas harus dibatasi dan disubtitusi asam amino tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor untuk menurunkan kandungan serat kasar limbah kelapa sawit adalah teknologi fermentasi. Hasil pengujian biologis menunjukkan bahwa produk fermentasi limbah sawit dapat digunakan hingga 10% di dalam ransum ayam broiler dan ayam kampung, sedangkan pada itik yang sedang tumbuh dapat digunakan sampai 15% dalam ransumnya (Sinar Tani, 2009). Beberapa hasil penelitian lain menunjukan potensi bungkil kelapa sawit dalam memperbaiki performa ayam ras pedaging, pertambahan berat badan dan konversi pakan(Lubis,  1980; Hartati 1983 dalam Widodo, 2009).  Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Nazar dan Budiono (2010), menunjukan bahwa penambahan bungkil kelapa sawit sampai 75% menyebabkan terjadinya penurunan berat karkas. Hasil penelitian tersebut menyarankan pemebrian bungkil kelapa sawit dapat dilakukan sampai 25% dalam ransum ayam ras pedaging.


Penutup

Beternak ayam kampung adalah upaya pemenuhan kebutuhan gizi dan pendapatan masyarakat. Namun apabila mengandalkan pakan jadi pabrikan biasanya akan berat dirasakan beban biayanya. Oleh karena itu alternatif melengkapi atau mengganti bahan pakan utama dengan pemanfaatan bahan baku lokal merupakan salah satu upaya untuk mengatasi beban berat tersebut sekaligus mengurangi impor bahan baku pakan unggas dan menurunkan biaya produksi dari pakan pada usaha peternakan. Walapun penggunaanya dalam ransum unggas selama ini belum sepopuler dengan bahan baku konvensinal. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budidaya Pare Belut

Deskripsi Pare Belut Pare belut atau peria belut (Trichosanthes anguina) adalah tanaman sayuran yang bisa dimakan dari Indonesia. Berikut ad...